Selasa, 16 September 2014

Teknik Budidaya Lele Efisien Pakan

Banyak cara yang dilakukan para pembudidaya lele dalam menjari jalan keluar dari persoalan terus melambungnya harga pakan yang kini telah menembus Rp8.300/kg. Mulai dari membuat pakan alternatif, mencoba menerapkan probiotik, hingga cara-cara lain yang diluar standar.


Cara yang cukup unik dan telah berhasil dilakukan oleh Suminto, marketing dan pendiri Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) dan UPR (Unit Perbenihan Rakyat) Dumboys yang beralamat di Mandiraja, Banjarnegara, Jawa Tengah. “Kami justru kembali ke cara organik, sistem air tertutup. Air tidak diganti dan tidak ditambah jika tidak terpaksa,” kata penyuluh perikanan swadaya ini.

Menurut pengakuan Minto, panggilan akrabnya, ia mengadopsi teknik flok/bioflok, meski tidak secanggih teknik aslinya. Sistem ini tidak dimaksudkan untuk mempercepat panen, tetapi untuk mengefisienkan penggunaan pakan dan menurunkan angka kematian.

Prinsip
Menurut Dwi Purnomo, Technical Service PT Suri Tani Pemuka wilayah Banyumas, kunci dari sistem tertutup ini adalah penggunaan kompos dan probiotik untuk menumbuhkan pakan alami seperti daphnia dan flok yang dihasilkan oleh koloni bakteri. Daphnia akan segera habis dalam beberapa hari sejak benih dimasukkan ke kolam. Setelah itu adanya sisa-sisa pakan dan kotoran ikan yang mengandung unsur C dan N akan dimanfaatkan oleh bakteri untuk membentuk flok.
Indikator keberhasilannya adalah warna air kemerahan, tanda bahwa yang tumbuh adalah bakteri, bukan plankton. “Tetapi karena kolamnya terbuka, sehingga saat penghujan air masuk kolam. Sehabis hujan itu biasanya air menghijau karena tumbuh plankton. Warna kemerahan terlihat nyata saat kemarau,” paparnya.

Pembuatan Kompos
Minto menggunakan kompos dari kotoran sapi basah yang diperam selama 20 hari – 1 bulan hingga tidak berbau. “Komposnya juga basah, toh nanti juga akan dimasukkan ke kolam jadi tidak usah dikeringkan,” katanya. Sebelum difermentasi, setiap 100 kg kotoran sapi diberi larutan mengandung tetes tebu 2 kg, probiotik 60 ml, tepung ikan 4 kg,dan urea satu sendok makan. Setelah larutan diaduk de dalam kotoran sapi, lalu ditutup dengan terpal.

“Sebulan saya menghasilkan 4 – 5 ton kompos basah. Sebagian saya jual Rp 1.000/kg,” terang Minto. Ia menyatakan kompos tidak mesti memakai kotoran sapi. Bisa juga dipakai kotoran ternak lainnya seperti kotoran kambing maupun puyuh. “Tetapi pemeramannya (fermentasi) harus lebih lama, karena sifatnya lebih ‘keras’,” jelasnya. Apalagi kotoran kambing yang lebih padat, sebaiknya dipecah terlebih dahulu. Karena tidak mau repot dan terlalu lama pengkomposannya, maka Minto menyatakan lebih suka memakai kotoran sapi.

Menurut Dwi Purnomo, penggunaan tetes tebu, tepung ikan dan urea adalah untuk memberi suplai unsur C/N pada bakteri dalam kotoran dan probiotik sebagaimana prinsip flok di atas. “Urea hanya sedikit dipakai, hanya untuk membangunkan bakteri dalam kotoran sapi,”jelasnya.

Sistem Tertutup
Minto membagi dua macam air untuk kolamnya. Pertama air baru yang akan digunakan untuk budidaya. Air ini membutuhkan perlakuan khusus berupa pengkomposan dan penumbuhan pakan alami agar bisa digunakan untuk budidaya. Kedua air kolam bekas yang di-recycle/re-use agar bisa digunakan kembali. “Air bekas jika ditangani dengan benar justru lebih baik karena didalamnya sudah ada koloni bakteri yang dibutuhkan,” katanya.

Sebelum menggunakan sistem air tertutup ini, Minto harus menguras 10 petak kolam dari 70 petakan setiap hari. “Air cepat kotor, berbau, dan dinding bak/kolam juga tertutup lumut. Sehingga boros waktu, tenaga dan air,”paparnya. Setelah mengadopsi sistem baru ini, bau menyengat amonia maupun amis sisa pakan lenyap tak bersisa dari kompleks kolamnya.

Demikianlah informasi mengenai cara untuk efisiensi pakan lele untuk hasil panen yang maksimal dari Bapak Suminto, semoga bermanfaat.


Sumber


Oleh : Thopan Nur Darmawan/12548

Budidaya Ikan Air Tawar Potensi Ekonomi Masa Depan

Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Mungkin sepotong kalimat itu menunjukkan kepada kita bahwa dengan memulai sesuatu akan lebih baik daripada tidak mencoba memberikan sedikit kontribusi yang tanpa kita sadari padahal itu yang terbaik dari diri kita. Berbicara tentang rencana pembangunan bangsa pada jangka panjang dua puluh tahun, salah satunya akan memfokuskan pada perwujudan Indonesia sebagai negara kepulauan yang mandiri dan kuat. Laut dan pulau-pulau di sekitarnya yang akan menjadi kekuatan dari pembangunan nasional itu sendiri. Jika kita sadari, ternyata Provinsi Kepulauan Bangka รข€“ Belitung dapat menjadi salah satu sasaran untuk itu. Sesuai dengan UU No. 22/1999, provinsi kepulauan yang terbilang masih muda dengan umur baru menginjak delapan tahun namun memiliki perairan 65.281 Km2 lebih luas jika dibandingkan daratannya yang hanya seluas 16.281 Km2 . Kondisi ini tentunya dapat menjadi fokus pembangunan pemerintah daerah untuk mengembangkan pembangunan ke depannya yang diprioritaskan pada sektor bahari. Perairan yang dibicarakan di sini tentunya mencakup perairan darat maupun laut. Persepsi masyarakat mungkin akan tertuju pada sektor kelautan yang diharapkan akan menjadi salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). 

Hal ini ditunjukkan dengan hasil ikan laut di provinsi ini pada tahun 1998 sebelum provinsi ini dideklarasikan menunjukkan bahwa total dari volume ikan laut untuk Kabupaten Bangka, Belitung dan Pangkalpinang sebesar 123.046 ton (Sumber: Bangka, Belitung dan Pangkalpinang dalam angka 1998 (BAPPEDA)). Bahkan saat sekarang ada sebagian industri kecil yang telah mengelola ikan laut menjadi makanan khas provinsi ini misalnya diolah menjadi kemplang/kerupuk, abon ikan, ikan asin, dan lain sebaginya.Tidak selamanya subsektor perikanan laut dapat menjadi sumber pendapatan untuk sebuah daerah. Terkadang ada saat tertentu pasti akan terjadi penurunan hasil laut yang dikarenakan kondisi cuaca yang tidak mendukung para nelayan untuk mendapatkan hasil tangkapan berupa hasil laut, apalagi pada saat musim seperti sekarang ini. Mengingat sektor perikanan akan tetap menjadi salah satu sektor unggulan di negeri ini, maka akan sangat tepat jika kita mulai memberi perhatian yang lebih pada sektor perikanan air tawar. 

Namun apakah budidaya ikan air tawar ini dapat memberikan kontribusi bagi sektor perikanan? Atau mungkinkah subsektor perikanan, khususnya budidaya ikan air tawar akan terus eksis di negeri serumpun sebalai ini? Beberapa pertanyaan seperti tersebut di atas mungkin akan timbul di benak kita. Jawabannya dapat kita lihat sendiri, bahwa pemerintah daerah telah memulai untuk itu dan diharapkan masyarakat mau memulai budidaya ikan air tawar dapat semakin marak seiring dengan memanfaatkan kolong-kolong eks penambangan timah yang tidak terpakai lagi. Walaupun hanya sebagian kecil masyarakat kita telah memulai mengembangkan budidaya ikan air tawar tersebut. Timbul pertanyaan mengapa budidaya ini hanya dilakukan oleh sebagian kecil dari masyarakat kita? Pasti ada masalah atau kendala-kendala yang menjadi penyebabnya sehingga untuk budidaya ini jumlahnya sangat sedikit sekali. 

Hal ini bisa dikarenakan mahalnya bibit dari ikan air tawar itu sendiri atau semakin mahalnya harga pakan ternak untuk makanan ikan air tawar tersebut, serta kurangnya penyuluhan-penyuluhan untuk menambah keterampilan petani ikan air tawar dalam meningkatkan nilai tambah hasil produksi.Namun jika kita kaji lebih dalam, ternyata ikan air tawar dapat dijadikan salah satu potensi ekonomi masa yang depan dan keuntungan bagi masyarakat sendiri khususnya dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga hubungannya dengan pemenuhan hidup sehari-hari. Untuk tingkat lokal sendiri dapat dijadikan konsumsi masyarakat sehari-hari. Jika ada suatu pembelajaran yang baik pasti suatu saat akan menjadi salah satu komoditi ekspor ke luar negeri, seperti : udang, ikan kerapu, kakap merah, kepiting dan cumi-cumi. Dengan memanfaatkan potensi lahan yang masih luas untuk dijadikan tambak ikan atau udang air tawar, secara tidak langsung dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. Selain itu, lokasi eks penambangan timah minimal dapat sedikit memberikan nilai tambah, jika areal atau lokasi tersebut dapat dikelola dengan baik untuk budidaya ikan air tawar. 

Apakah semua itu bisa terwujud? Yang pasti tidak ada yang tidak bisa. Asal ada kemauan pasti akan ada jalan keluar untuk memecahkan masalah tersebut. Usaha ini pasti akan terwujud dengan satu tekad dan tujuan untuk membawa negeri ini ke arah yang lebih baik. Dengan perencanaan, pengelolaan serta pemasaran yang baik dari budidaya ikan air tawar pasti tujuan yang diinginkan akan tercapai. Memang ini bukan merupakan PR (Pekerjaan Rumah) pemerintah daerah sendiri. Bantuan pihak-pihak lain tentunya sangat diperlukan untuk keberhasilan program pengembangan budidaya Ikan air tawar ke depan. Kita yakin pihak universitas dan masyarakat tidak akan tinggal diam dalam menyikapi hal ini dan pasti akan berperan aktif jika memang diperlukan. Kerjasama berupa, penelitian, pelatihan keterampilan tenaga kerjanya baik teknis di lapangan maupun manajemen pengelolaan dan pemasaran ikan air tawar itu sendiri sehingga tujuan akhirnya dapat tercapai yakni untuk memberikan andil yang besar dalam menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD). 

Dalam hal ini, memang masyarakat lah yang harus memulai dan mampu membuktikan bahwa Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan wilayah yang tidak hanya unggul dalam pada subsektor perikanan laut namun perikanan air tawar juga harus diperhitungkan. Karena tidak menutup kemungkinan investor dapat beralih ke sektor ini setelah berakhirnya pasca timah. Apalagi letak geografis dari propinsi yang sangat mendukung untuk sarana pemasaran ke luar atau ke dalam negeri. Dari saluran distribusi telah memungkinkan kita untuk berani menerobos pasar-pasar yang ada di luar Babel sendiri. Sarana transportasi laut di propinsi ini telah tersedia dan bisa dikatakan cukup untuk itu. Dengan kondisi-kondisi tersebut di atas, kita yakin investor pasti akan datang dengan sendirinya tanpa harus menunggu dengan alasan kurangnya data dan informasi serta fasilitas-fasilitas yang ada. Kita sangat berharap semoga pimpinan daerah yang akan terpilih pada pilkada nanti dapat menjadikan sektor ini sebagai salah sektor unggulan dalam program pembangunan Bangka Belitung lima tahun yang akan datang.Akankah pada kenyataannya nanti kita dapat menunjukkan bahwa budidaya ikan air tawar memang merupakan salah sektor ekonomi potensial masa yang akan datang di Bumi Serumpun Sebalai sehingga kita dapat berkata memang belum terlambat untuk memulainya dari sekarang. (Publikasi Babel Pos. Feb.2007)

Menanam Tanaman Sawi dengan Metode Modul Pipa Paralon

Perkembangan pertanian dengan cara hidroponik (moderen) telah banyak dikembangkan pada saat ini. Di antaranya tanaman sawi dengan modul pipa palaron.



Metode tanaman hidroponik tanaman sawi dikembangkan oleh salah seorang pengusaha konveksi yang mencoba bertani sawi dengan modul pipa paralon tersebut.

"Awal penanaman mudah, siapkan tempat penyemaian, baru ditanam di pot kecil, nah, nanti akan tumbuh seperti kecambah, setelah muncul 2/3 daun, pindahkan ke modul paralon itu," Sudino (50), saat ditemui dalam acara pameran Plona 2014, di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Kamis (29/5).

"Kalau air tidak perlu diganti, ditambahin saja, yang perlu diperhatikan yaitu nutris PH. Tidak boleh kurang tidak boleh lebih, sesuai ukuran. Jadi stabil terus, karena harus dipantau perkembangannya," lanjutnya.

Dia juga mengatakan, panen tanaman sawi ini membutuhkan waktu 24 hari. Bisa juga 21 hari dipanen tapi dengan bobot timbangannya lebih rendah.

Dalam satu modul, lanjutnya, ukuran 2 meter bisa ditanam 130 pohon. Bahkan untuk skala industri dalam satu paket bisa ditanam 25000 pohon. Yang perlu diperhatikan harus selalu di cek kadar nutrisinya.

"Sebetulnya tamanan apa saja bisa di tanam di modul paralon ini, cuma bedanya di media tanahnya saja," ujarnya.

Untuk satu modul, isinya seratus tiga puluh tanaman. ukuran 2 meter harganya 3 juta, itu sudah lengkap beserta pelatihan selama 1- 2 kali pertemuan.

"Satu modul paralon ada 13 isi," ungkapnya.

Dia berharap bisa terus mengembangkan tanaman sawi ini hingga ke daerah. Bahkan sampai ke wilayah tingkat RT/ RW, bisa memanfaatkan lahan kosong agar tidak terbengkalai.

"Kita kebetulan jualnya di rumah, akan dibuat distributor, buat percontohan," ungkapnya.

Sumber


Oleh : Rizki Desika Putri Pane/13432

Kentang Atlantis Banyak Diminati Dunia Usaha

Tanaman kentang (Solanum tuberosum L) merupakan tanaman semusim yang berbentuk di semak. Di Indonesia jenis varietas Atlantis banyak diminati oleh dunia usaha terutama untuk permintaan konsumen makanan cemilan french fries, maka impor kentang masih diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Namun impor hanya dilakukan untuk varietas Atlantis yang selama ini masih minim dibudidayakan di Indonesia. Kentang jenis ini permintaannya tinggi untuk industri. Kentang Atlantis digunakan untuk camilan french fries yang biasa tersaji di restoran ataupun pasar modern. Salah satu cirinya ialah umbi yang lebih kokoh dan liat, sehingga memudahkan jika dipotong tipis, tahan lama, serta tidak mudah gosong jika digoreng.

Pusat Penelitiani Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi Institut Pertanian Bogor (PPSHB IPB), mengadakan demo masak kentang dengan olahan French Fries.

“Jenis kentang yang didemokan ini bukan kentang olahan biasa, jenis kentang ini hanya ada di PPSHB IPB, varietas kentang baru dan dilindungi sehingga tidak semua orang bisa menanam, umbi kentang ini sangat cocok untuk diolah dan dikonsumsi sebagai makanan french fries.

“Jenis kentang ini dinamakan jenis Jala Ipam,” kata peneliti PPSHB IPB Prof. Dr. Sony Suharsono.

Jenis kentang Jala Ipam ini akan launching dan dipublikasikan ke semua publik pada bulan September 2014 dan memang pada waktu itu sudah siap untuk dipasarkan dan diproduksi dalam skala besar. “Sudah ada bisa diperjualbelikan,” kata prof. Suharsono.

Di Indonesia, menurut Prof Suharsono, varietas kentang yang banyak ditanam petani adalah Granola yang lebih cocok diolah untuk masakan sayur berkuah dan perkedel.

Jenis varietas kentang untuk bahan olahan pembuatan french fries yang merupakan jenis baru dan pertama kali ada di Indonesia.

“Sedang dikembangkan untuk budidaya dalam rangka meningkatkan produksi, konsumsi, dan perdagangan kentang. Keragaman varietas mempunyai peranan penting, jenis Jala Ipam merupakan jenis kentang yang bisa ditanam di Indonesia dan tumbuh dengan hasil yang baik dan bisa diproduksi secara massal untuk french fries dan sekarang sedang dicoba ditanam di wialayah Cipanas, Puncak,“ tandasnya.

Prof. Sony menjelaskan, “Jenis varietas tanaman hortikultura kentang Jala Ipam yang sedang dibudidayakan berbentuk daun oval memanjang, bentuk umbi lonjong, warna kulit umbi kuning, corak kulit menjala (jaring), warna daging umbi putih, kandungan pati tinggi, kandungan gula rendah, sangat cocok untuk konsumsi kentang olahan atau french fries dan potensi produksinya pun cukup tinggi.

Target tahun pertama kebutuhannya bisa mencapai 40 ton perbulan dan itupun hanya untuk memenuhi kebutuhan pesanan seperti hotel, restoran, dan ketering saja, belum masuk ke swalayan. Jadi kebutuhan pasar akan jenis kentang Jala Ipam sangat besar dan kemampuan untuk mengembangan jenis kentang Jala Ipam sedang terus ditingkatkan. Tetapi jenis kentang Jala Ipam ini akan terus diperbaiki untuk terus dikembangkan terutama teknik budidaya dan produktivitas dari sisi tanamannya yang sesuai dengan varietas sekarang yang populer di masyarakat,“ tuturnya.


Sumber



Oleh :Vedha T Sugjarta/13253